Ternyatadayang Drati, yang kemudian diambil sebagai selir pun tidak ikhlas dalam melayani Abiyasa sebagai suaminya Drama korea sudah menjadi tontonan favorit di beberapa negara, tak terkecuali Indonesia yang telah memiliki penggemar yang cukup fanatik Kisah seorang anak bernama Cindelaras, yang tinggal di Hutan bersama Ibunya Kerajaan
Hajar protes karena suaminya meninggalkan dia dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan. Seperti jamaknya dia hanya bisa menduga bahwa ini akibat kecemburuan Sarah, istri pertama suaminya yang belum juga bisa memberi mengejar Ibrahim, suaminya, dan berteriak, “Mengapa engkau tega meninggalkan kami di sini? Bagaimana kami bisa bertahan hidup?” Ibrahim terus melangkah meninggalkan keduanya, tanpa menoleh, tanpa memperlihatkan air matanya yang meleleh. Remuk redam perasaannya terjepit antara pengabdian dan masih terus mengejar sambil menggendong Ismail, kali ini dia setengah menjerit, dan jeritannya menembus langit, “Apakah ini perintah Tuhanmu?”Kali ini Ibrahim, sang khalilullah, berhenti melangkah. Dunia seolah berhenti berputar. Malaikat yang menyaksikan peristiwa itu pun turut terdiam menanti jawaban Ibrahim. Butir pasir seolah terpaku kaku. Angin seolah berhenti mendesah. Pertanyaan, atau lebih tepatnya gugatan Hajar membuat semua membalik tubuhnya, dan berkata tegas, “Iya!”.Hajar berhenti mengejar. Dia terdiam. Lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya, yang memgagetkan semuanya malaikat, butir pasir dan angin, “Jikalau ini perintah dari Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir. Tuhan akan menjaga kami.”Ibrahim pun beranjak pergi. Dilema itu punah sudah. Ini sebuah pengabdian, atas nama perintah, bukan sebuah pembiaran. Peristiwa Hajar dan Ibrahim ini adalah romantisme ikhlas. Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak. Ikhlas adalah kepasrahan bukan mengalah apalagi menyerah kalah. Ikhlas itu adalah engkau sanggup berlari melawan dan mengejar, namun engkau memilh patuh dan adalah sebuah kekuatan menundukkan diri sendiri dari semua yang engkau cintai. Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengalkulasi hasil akhir. Ikhlas tak pernah berhitung. Ikhlas tak pernah pula menepuk dada. Ikhlas itu tangga menujuNya. Ikhlas itu mendengar perintahNya dan menaatiNya. Ikhlas adalah ikhlas. Titik.“Belum cukupkah engkau memahami apa itu ikhlas dari diamnya Hajar dan perginya Ibrahim?”Dan aku, kamu, serta kita, semuanya tertunduk pasrah bersama Malaikat, butir pasir dan a’ ini sebelumnya telah tayang di
Priadalam video tersebut sangatlah ikhlas memberi apapun yang Ia miliki, karena Ia sadar semua itu bukanlah miliknya, banyak sekali diluar sana yang lebih m
Abu Hasan sangat heran dan terkejut ketika sedang menunaikan haji di Baitullah Makkah. Di saat thawaf, tiba-tiba ia melihat seorang wanita. Entah kenapa wajah wanita itu memancarkan wajah yang sangat bersinar. Abu Hasan pun terkesima, ia kagum. Bayangkan, di medan thawaf yang cukup keras untuk wanita, tapi ia tetap tersenyum. “Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secerah wanita itu. Apakah sebabnya? Mungkin itu karena ia tidak pernah risau dan bersedih hati,” gumam Abu Hasan. Gumaman Abu Hasan itu terdengar oleh wanita itu. Ia melirik sebentar kepada Abu Hasan. Seketika ia bertanya, “Apakah katamu, hai saudaraku? Demi Allah, aku tetap terbelenggu oleh perasaan duka cita dan luka hati karena risau. Dan kupikir, tidak seorangpun yang pernah mengalami musibah seberat ini.” Di tengah keterkejutannya karena gumamamnnya terdengar oleh wanita itu, dengan sedikit malu hati, Abu Hasan bertanya, “Apa yang merisaukanmu? Apa yang telah kaualami?” Wanita itu terdiam. Ada sedikit perubahan di wajahnya. Namun tetap tidak mengurangi ketenangan wajahnya. Ia menarik napas panjang dan sejurus kemudian ia menjawab, “Aku mengalami peristiwa yang sangat berat. Suatu hari suamiku sedang menyembelih kambing kurban. Aku sendiri tengah mengasuh anak-anak kami. Dua anak kami tengah bermain dan seorang lagi tengah menyusu di pangkuanku. “Ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, hai adikku, sukakah aku tunjukan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing?’ Adiknya menjawab, Baiklah kalau begitu.’ “Tanpa dinyana, disuruh adiknya berbaring. Kakaknya mungkin hanya melihat apa yang pernah dilakukan ayahnya pada kambing kurban. Dalam beberapa detik saja, tanpa bisa dicegah, disembelihnya leher adiknya itu-persis seperti apa yang dilihatnya. Peristiwa itu begitu saja terjadi. Anakku itu ketakutan sekali ketika melihat darah memancar keluar. Dengan cepat, ia berlari ke bukit. Ia tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi begitu mengerikan. Kami mencoba mengejarnya. Namun, belum juga ditemukan. Ternyata seekor srigala memangsanya sampai habis. Ia pun meninggal. “Suamiku pergi mencari anak kami itu. Berhari hari ia terus mencari dan mencari tak kenal lelah dan tak kenal waktu. Namun kemampuan manusia ada batasnya. Pada puncaknya ia mati kehausan. Betapa aku sangat terpukul. “Waktu itu, aku belum mengetahui apapun. Dan waktu aku keluar untuk mencari suamiku, tiba-taba bayiku merangkak menuju periuk yang berisi air panas. Baginya, periuk itu mugkin sejenis permainan yang menarik. Ditariknya periuk itu dan tumpahlah air panas mengguyur badannya. Semua kulitnya melepuh. Jika kaudengar tangisannya, kau tak akan sanggup. Ia pun meninggal beberapa waktu setelah itu. “Berita ini menyebar dan terdengar oleh anakku yang telah menikah dan jatuh pingsan. Saking tak kuatnya, ia pun meninggal. Dan kini, aku tinggal sebatang kara,” wanita itu mengakhiri ceritanya. Abu Hasan tertegun. Ia memandangi wanita itu sejenak. Bagaimana mungkin wanita itu bisa menghadapi musibah yang telah menimpanya sedemikian hebat? Lalu Abu Hasan bertanya, “Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah itu?” Wanita itu menjawab—kali ini barulah dengan wajah yang sedikit muram, “Tiada seorang pun yang dapat membedakan antara sabar dan mengeluh, melainkan ia menemukan di antara keduanya jalan yang berbeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti, kecuali sia-sia belaka.” Abu Hasan tertegun sekali. Makin dalam Ia termenung. Ia tidak tahu apakah jika Ia mengalaminya, Abu Hasan akan sanggup mengahadapinya ataukah tidak. Wanita di hadapannya telah mengajarkan hal yang berbeda kepadanya ketika mendapat musibah. Bahwa musibah yang menimpa sesungguhnya merupakan ujian dari Allah swt. Apakah kita bisa menerimanya? Apakah kita menerimanya sebagai ujian hidup? Ataukah kita malah terkungkung? Wanita itu tetap tabah, wajahnya tetap cerah berseri-seri. Siapapun yang melihatnya tidak akan pernah menduga bahwa ia tengah dilanda musibah berat. Hatinya tidak gelisah. Walau Abu Hasan mengetahui sekali bahwa wanita itu tentunya sangat terpukul.
Search Kisah Selir Kerajaan. Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari, adalah sebuah kerajaan di Jawa Timuryang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222 Ashoka memerintah India (maghada) tahun 272-232 SM Rakyat yang mempergunakan jalan untuk transportasi perdagangan dibebankan pajak yang tinggi Inilah Sumber Kekayaan Raja Thailand
Ikhtisar Ikhlas adalah salah satu buah dari tauhid yang sempurna kepada Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Ikhlas adalah soal Tauhid. Soal keyakinan, soal kepercayaan. Yakin dan percaya akan seruan Allah dan Rasul-Nya. Yakin dan percaya akan Janji-Janji Allah. Yang lain menyebut “tidak ikhlas,” saya lebih memilih menyebut “saking percayanya sama Allah lalu saya melakukannya.” Yang lain menyebutnya “tidak ikhlas,” saya lebih memilih menyebutnya “berharap sama Allah.” Dan yang lain menyebutnya sebagai pamrih atas ibadah-ibadah yang dilakukan karena dunia, saya lebih kepengen meyakininya sebagai sebuah keutamaan jalan sebab yang memberikan petunjuk adalah Yang Memiliki Dunia yang juga menyuruh kita beribadah. Ikhlas juga mencakup semua ketaatan, ikhlas juga meliputi semua yang Allah kasih kepada kita, ikhlas dalam cinta, dalam iman dan Islam. Agar Ibadah Kita Diterima-Nya Sesungguhnya Allah Swt hanya menerima IBADAH seorang hamba yang benar-benar memurnikan keikhlasan dalam amalnya tersebut, dan ibadah tersebut sesuai dengan tuntunan Rasul-Nya. Jika ada kadar 0,01 % kekotoran syirik dalam amalan tersebut, maka Allah tidak akan menerima amalan tersebut! jika amalan tersebut diamalkan tidak seperti apa yang Allah syari’atkan melalui Rasul-Nya, maka amalnya tertolak. Dalilnya, Rasulullah Saw bersabda “Sesungguhnya Allah tidak menerima satu amalan kecuali dengan ikhlas dan mengharap wajah-Nya.” Dalam shalat kita membaca ayat dalam surah Al-Fatihah yang artinya, “Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” Dan bukankah dalam shalat kita juga mengucapkan “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku, semuanya hanya untuk Allah?” Tapi kenyataannya, sangat sulit merealisasikan ikhlas dalam setiap perbuatan kita. Niat segala perbuatan kita ternyata bukan lagi untuk mencari ridha Allah. Tapi niat kita adalah untuk mencapai kepentingan pribadi, dan kepentingan duniawi. Niat Ikhlas ini sering pula disusupi oleh sifat ujub dan riya’. Perbuatan kita lakukan untuk membanggakan diri, dan ingin dipuji oleh manusia. Ya, mencari ridha manusia. Saya sering menyebut tidak mengapa kita melakukan ibadah dan mengejar apa yang Allah janjikan. Ketika yang lain menamakan pamrih dan atau tidak ikhlas, saya menyebutnya Iman. Percaya. Karena saya percaya sama apa yang diseru Allah dan Rasul-Nya, lah ya saya kerjakan. Ketika Allah dan Rasul-Nya menyuruh dhuha agar rezeki terbuka, dan atau menjanjikan keutamaan dhuha bisa begini dan begitu, ya saya sambut. Saya kerjakan. Sepenuh hati. Ini juga namanya Ikhlas. Bahasa entengnya Nurut. Tunduk. Kita percaya sama Allah. Masa janji yang dijanjikan oleh Yang Maha Benar kita sia-siakan? Iya gak? Sambut, percaya, yakini, dan jalankan. Manteb. Pendahuluan / Prolog Pendahuluan Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari segala kejahatan nafsu dan amal perbuatan kami. Barangsiapa diberi petunjuk oleh Allah Swt, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan, maka tidak ada yang bisa diluruskannya. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah yang Maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah. Kunci diterimanya amal ibadah adalah harus ikhlas dalam menjalankan amal ibadah. Ikhlas merupakan tolok ukur atau kunci diterima tidaknya seseorang di dalam melaksanakan amal ibadah. Kata kunci ikhlas adalah melakukan segala sesuatu yang baik semata-mata hanya mengharap kepada Allah Swt saja tidak mengharap kepada selain Allah Swt. Hanya kepada Allah Swt yang dituju sehingga jika mendapat pujian dari seseorang atau tidak, tidak menjadikannya sombong atau lupa diri dan tidak kecewa karena yang dituju hanya Allah semata. Hatinya orang yang ikhlas pasti dijamin tenang tidak mudah terpengaruh oleh pujian atau celaan dari siapa saja baik dari kawan maupun lawan. Orang yang beramal ibadah dengan ikhlas walaupun capek tidak terasa capek bahkan terasa ringan karena yang dituju adalah Ridha-Nya semata. Dalam ajaran Islam diterima tidaknya amal ibadah seseorang bergantung pada niatnya. Jika niatnya salah yaitu tidak niat mengharap ridha-Nya maka akan berakibat amal ibadahnya tidak diterima oleh Allah Swt. Mengerjakan amal ibadah dengan ikhlas perlu kita jaga dengan baik dan berhati-hati, apabila tidak kita jaga dengan baik dan berhati-hati dalam beramal bisa dengan mudah amalan yang kita kerjakan menjadi amalan sia-sia di hadapan Allah Swt. Kita dalam beramal harus benar-benar murni mengharap ridha Allah Swt. Imam Ghazali pernah berkata bahwa setiap orang akan hancur binasa kecuali orang-orang yang berilmu ulama dan setiap orang yang berilmu akan hancur binasa kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya dan setiap orang yang mengamalkan ilmunya akan hancur binasa kecuali orang-orang yang ikhlas dalam beramal ibadah. Keikhlasan berada pada garis yang paling mulia.“ Ingatlah bahwa ikhlas kepada Allah Swt juga akan menyelamatkan badan dan jiwa dari semua derita! Pernyataan ini bukan sekadar bualan, melainkan sudah teruji dan terbukti pada orang-orang yang memiliki keutamaan dan kemuliaan, khususnya para Nabi, para sahabat Nabi, dan Tabi’in. Mereka telah mendapatkan kemenangan, keberuntungan, dan kesuksesan di dunia, begitu pula di akhirat. Untuk itu, buku ini sangat diperlukan untuk menjelaskan keutamaan dan bentuk-bentuk ikhlas, serta menjelaskan bahaya riya dan cara pencegahannya dan penjelasan-penjelasan lain yang bermanfaat. Buku ini didasarkan pada Al-Qur’an dan hadits-hadits yang kuat yang telah diteliti dan dikoreksi oleh para ahli hadits, tujuannya agar latar belakang penulisan buku ini benar-benar dapat dicapai. Semoga Allah menjadikan amal kami murni karena-Nya, dan semoga buku ini akan memberikan manfaat bagi kami pada hari kiamat dan akan melindungi kami pada hari orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Daftar Isi Pengantar Pengantar Ust. Yusuf Mansur Pendahuluan Daftar Isi BAB I - Ikhlas Kunci Utama Diterimanya Amal Ibadah A. Manisnya Ikhlas, Bahayanya Riya dan Syirik B. Ancaman dan Tipu Daya Setan C. Ikhlas Kunci Kesuksesan D. Kemenangan Nabi Yusuf As Adalah karena Keikhlasan E. Kisah Ikhlasnya Seorang Anak yang Beriman F. Kisah Ikhlasnya Nabi Ibrahim As dan Istrinya G. Amal Shalih yang Didasari Takut Kepada AllahMerupakan Salah Satu Implementasi Ikhlas H. Doa Orang yang Dizalimi dan Ditindas Mustajabah I. Manfaat Bergaul dengan Orang yang Ikhlas J. Keutamaan Ikhlas dalam Mengamalkan Ajaran Agama 1. Ikhlas dalam Bertauhid 2. Ikhlas dalam Niat 3. Ikhlas dalam Shalat 4. Ikhlas dalam Bersujud 5. Ikhlas dalam Menghiasi Malam Ramadhan 6. Ikhlas dalam Menghidupkan malam Lailatul Qadr 7. Ikhlas dalam Mencintai Masjid 8. Ikhlas dalam Perjalanan untuk Shalat 9. Ikhlas Menunggu Shalat Jamaah di Masjid 10. Ikhlas Menjawab Azan 11. Ikhlas dalam Berpuasa 12. Ikhlas dalam Mengeluarkan Zakat 13. Ikhlas dalam Bersedekah 14. Ikhlas dalam Menunaikan Ibadah Haji 15. Ikhlas Ingin Mati Syahid 16. Ikhlas dalam Ketetapan Hati 17. Ikhlas Siap untuk Berperang 18. Ikhlas dalam Berjihad 19. Ikhlas dalam Bertaubat 20. Ikhlas dalam Beristighfar 21. Ikhlas dalam Menangis 22. Ikhlas dalam Berzikir 23. Ikhlas dalam Kejujuran 24. Ikhlas dalam Bersabar 25. Ikhlas Dalam Bertawakkal 26. Ikhlas dalam Mencintai 27. Ikhlas dalam Bersilahturrahim di Jalan Allah 28. Ikhlas dalam Berbakti kepada Orangtua 29. Ikhlas dalam Meninggalkan Kemungkaran 30. Ikhlas dalam Memberikan Upah 31. Ikhlas dalam Niat Meskipun Belum Berbuat 32. Ikhlas dalam Berzuhud 33. Ikhlas Dalam Bertawadhu’ Rendah Hati 34. Ikhlas dalam Membangun Masjid 35. Ikhlas Berziarah ke Masjid Rasulullah Saw UntukBelajar dan Mengajar 36. Ikhlas dalam Menyiapkan Perang dan MemberikanTeladan 37. Ikhlas Mengantarkan Jenazah Muslim 38. Ikhlas dalam Memberikan Makanan 39. Ikhlas dalam Berdoa K. Keikhlasan Semu BAB II - Bahaya Riya, Mengetahui Penyebab dan Upaya Menghindarinya A. Bahasa tubuh Riya’ badani B. Perbuatan yang Nampaknya Syirik atau Riya, tetapiBukan C. Obat dan Upaya Menghindari Riya’ 1. Mengetahui keagungan Allah, nama-nama-Nya, sifatsifat-Nya, dan mengetahui keesaan-Nya sesuai dengankemampuannya 2. Mengetahui siksa dan kenikmatan alam kubur 3. Mengetahui Hadits-Hadits Tentang Siksa Kubur 4. Mengetahui Janji Allah Kepada Orang-Orang yangBertakwa di Surga 5. Mengingat Mati dan Bersikap Realistis 6. Mengetahui Hakikat Dunia dan Kefanaannya 7. Berdoa 8. Memunculkan Rasa Takut Akan Munculnya Riya’Setelah Beramal 9. Membiasakan Menyembunyikan Amal Baik Kecualidalam Keadaan Mendesak 10. Bersahabat dengan orang yang ikhlas, shalih danbertakwa 11. Takut Terhadap Riya’ 12. Menjauhi Celaan Allah 13. Ingin Dicintai Allah daripada Manusia 14. Mengetahui Apa Yang Ditakuti Setan D. Perbuatan yang Ditakuti Setan BAB III - Ikhlas dan Rahasia Kedahsyatannya A. Akibat-akibat Riya’ B. Beberapa Hadits Shahih Mengenai Ikhlas dan KecamanTerhadap Riya’ dari Kitab “at-Targhib wa at-Tarhib” C. Nasihat dan Kata Mutiara Yang Berkaitan dengan Ikhlas D. Kata Mutiara dari Orang-orang Salaf Mengenai Niat,Ikhlas dan Bahaya Riya’ E. Kisah Inspiratif Rahasia Kedahsyatan Ikhlas 1 Kisah Kakek dan Pencuri Pepaya 2 Kisah Nenek yang Ikhlas 3 Bekerja Ikhlas Menuai Hasil yang Baik 4 Belajarlah untuk Ikhlas 5 Buah Keikhlasan [Sebuah Kisah Nyata] 6 Kisah Menarik Dahsyatnya Ikhlas Sedekah 7 Kisah Inspiratif tentang “Ikhlas” 8 Kisah Cerdiknya Seorang Pemuda yang Ikhlas 9 Ikhlas Itu Indah 10 Kisah Teladan Orang-Orang Ikhlas Kutipan BAB 1 / Ikhlas, Kunci Utama Diterimanya Amal Ibadah Sebelum Anda melangkah untuk melakukan amal ibadah, Anda harus tahu terlebih dahulu cara yang efektif agar amal ibadah dapat diterima oleh Allah Swt. Jangan sampai Anda berlelah-lelah beribadah tetapi tidak memperoleh apa-apa. Ingatlah! Banyak orang yang berlelah- lelah melaksanakan amal ibadah, namun hasilnya nihil, malah di akhirat ia harus bersiap-siap menghadapi siksaan dari Allah Swt. Rasulullah Saw telah memperingatkan dalam hadits berikut ini “Banyak orang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar. Banyak orang bangun shalat malam, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali keterjagaan saja.” HR. Ibnu Majah. Untuk itu, Anda harus tahu terlebih dahulu syarat agar amal ibadah yang kita lakukan diterima di sisi Allah Swt. Setidaknya ada dua syarat yang harus dipenuhi bila amal ibadah Anda diterima di sisi Allah Swt, yaitu Dalam melakukan amal ibadah yang dituju hanya ingin mencapai ridha Allah. Dalam melakukan amal ibadah harus mengikuti ketentuan yang telah diberikan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah dalam sunnahnya. Apabila salah satu dari dua syarat tersebut tidak dipenuhi, maka amal ibadah Anda tidak dapat dikatakan sebagai amal shalih. Implikasinya, amal ibadah Anda tidak diterima oleh Allah Swt, sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah berikut ini “Katakanlah Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendak-lah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Tuhannya.” QS. Al-Kahfi 110 Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah Swt hanya menerima “amal shalih” yang dilakukan dengan ikhlas hanya karena Allah Swt, bukan karena ada motivasi lain. Yang dimaksud “amal shalih” itu sendiri adalah semua amalan yang sesuai dengan ketentuan syara’. Syekh Al-Bani At-Tawassul anwa’uhu wa ahkamuhu. Al-Hafizh Ibn Katsir dalam tafsirnya juga menyebutkan bahwa ada dua syarat agar amal ibadah dapat diterima Allah Swt, yaitu perbuatannya dilakukan dengan ikhlas karena Allah, dan sejalan dengan syariat Allah dan Rasulullah, Muhammad Saw. Pendapat senada juga dikemukakan oleh al-Qadhi Iyadh dan ulama lainnya. A. Manisnya Ikhlas, Bahayanya Riya dan Syirik Setiap amal ibadah harus didahului dengan niat, sebagai-mana sabda Rasulullah Saw “Sesungguhnya seluruh amal ibadah bergantung pada niatnya.” Agar supaya niat memenuhi harapan, maka niat harus dilakukan dengan tulus ikhlas hanya karena Allah semata. Niat yang tidak ikhlas hanya akan membuat amal ibadah yang kita kerjakan sia-sia belaka. Allah hanya menerima amal ibadah yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, yaitu hanya mengharapkan ridha dari-Nya. Sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Swt berikut “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” QS. Al-Bayyinah 5 Juga dalam firman-Nya “Katakanlah “Jika kamu Menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah Mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” QS. Ali Imran 29 Dalam ayat ini Allah melarang perbuatan riya memamerkan amal kepada selain Allah. Karena riya akan menghapus amal ibadah yang telah dilakukan seperti yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya “Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada nabi-nabi yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan Tuhan, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” QS. Az-Zumar 65 Sikap riya sangat merugikan, karena riya dapat menghapus pahala orang yang melakukan amal ibadah. Untuk itu, dalam beberapa kesempatan kita dianjurkan senantiasa berdoa agar dijauhkan dari sifat riya, seperti doa ketika membaca talbiah yang diucapkan orang yang sedang menjalankan ibadah haji, sebagai berikut “Ya Allah jadikanlah haji kami haji yang tidak bercampur dengan sifat riya dan sum’ah.” HR. Adh-Dhiya dengan sanad yang shahih. Rasulullah Saw juga memberikan peringatan keras agar kita menghindari sifat riya, seperti yang tersebut dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah “Manusia pertama yang dihisab oleh Allah pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid. Kemudian Allah mendatanginya seraya menunjukkan pahala yang akan diperolehnya, maka tahulah dia pahala tersebut. Allah bertanya Apakah yang telah kamu perbuat? Dia menjawab, saya berperang hanya karena Engkau sampai saya mati syahid.’ Allah berkata, kamu telah berbohong, karena kamu berperang agar ada yang mengatakan, engkau pemberani!’, sebagaimana yang dikatakan orang. Kemudian Allah memerintahkan dia pergi seraya melemparkan amalnya ke mukanya sampai dia terlempar ke neraka. Kedua Kemudian orang yang menuntut imu kemudian mengajarkan ilmunya serta rajin membaca Al-Qur’an seraya menunjukkan nikmat-nikmat yang akan diterimanya, maka tahulah dia akan nikmat-nikmat itu. Allah bertanya, Apakah yang telah kamu perbuat?’ Dia menjawab, saya menuntut ilmu kemudian mengajarkannya dan saya rajin membaca Al-Qur’an karena Engkau.’ Allah menjawab, kamu berbohong, karena engkau belajar agar dikatakan kamu adalah orang yang pandai dan kamu membaca Al-Qur’an agar dikatakan kamu adalah Qari!’ Sebagaimana yang dikatakan orang. Kemudian Allah memerintahkan kepadanya seraya melemparkan amalnya ke mukanya sampai dia terlempar ke neraka. Ketiga Kemudian orang yang diberi kelapangan rezeki oleh Allah dan dia menyisihkan sebagian untuk sedekah. Allah menghampirinya sambil menunjukkan pahala yang akan diterimanya, maka tahulah dia pahala tersebut. Allah bertanya, Apa yang telah kamu perbuat?’ Dia menjawab, saya tidak pernah meninggalkan jalan yang Engkau cintai dalam menafkahkan harta, kecuali saya menafkahkan sebagian harta tersebut hanya karena Engkau’. Allah menjawab, Kamu berbohong, karena kamu berbuat seperti itu supaya kamu dikatakan orang dermawan!’ Sebagaimana yang dikatakan orang. Kemudian Allah memerintahkan kepadanya seraya melemparkan amal tersebut ke mukanya sampai dia terlempar ke neraka.’ HR. Imam Muslim. Dan hadits diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa dia mendengar Rasulullah Saw bersabda “Allah Swt berfirman Saya adalah sekutu yang paling tidak butuh dengan sekutu, barangsiapa beramal dengan menyekutukan Aku dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkan dia dan sekutunya.” HR. Imam Muslim Juga beliau Saw bersabda “Barangsiapa yang menuntut ilmu tidak karena mencari ridha Allah, maka dia hanya mendapat imbalan dunia, dia tidak mendapatkan bau surga pada hari kiamat.” HR. Abu Daud.
Rohyatun(40) atau yang kerap disapa Ustazah Iroh, saat sedang mengajar ngaji warga sekitar rumahnya yang beralamat di Desa Sidaharja, RT 26/RW 01, Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal Senin (19/4/2021). Kisah inspiratif Ustazah Iroh yang ikhlas mengajar ngaji warga sekitar tanpa mau diberikan bayaran dan tidak pernah mematok harga.
Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya ibadah. Bahkan para ulama mengatakan, ruhnya amal adalah ikhlas. Dalam Kitab Al-Hikam, Syeikh Ibnu Atho'illah As-Sakandari wafat 1309, menceritakan salah satu akhlak mulia Nabi Muhammad shallalahu 'alaihi wa sallam SAW. Beliau mengajarkan hakikat ikhlas yang begitu suatu hari saat Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan beberapa sahabatnya. Datanglah seorang perempuan kafir membawa beberapa biji buah jeruk sebagai hadiah. Rasulullah menerimanya dengan senyuman gembira. Lalu mulailah jeruk itu dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tersenyum. Sebiji demi sebiji hingga habislah semua jeruk tersebut. Maka ketika perempuan itu meminta izin untuk pulang, maka salah seorang sahabat segera bertanya mengapa tidak sedikit pun Rasulullah menyisakan jeruk tadi untuk sahabat lainnya. Rasulullah SAW pun menjawab "Tahukah kamu, sebenarnya buah jeruk itu terlalu asam sewaktu Aku merasakannya pertama kali. Kalau kalian ikut makan, Aku takut ada di antara kalian yang akan mengernyitkan dahi atau memarahi perempuan tersebut. Aku takut hatinya akan tersinggung. Sebab itu Aku habiskan semuanya."Akhlak yang agung seperti ini tidak dapat dipoles di permukaan, tetapi semata-mata karena ada cahaya ikhlas yang sudah tertanam di dalam hati. Sikap dan perilaku adalah cerminan hati. Dalam sebuah Hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda"Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, 'Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah', lalu Allah berfirman, 'Ikhlas adalah salah satu dari rahasiaku, yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku". Kata Syeikh Ibnu Atho'illah, tidak ada amal-amal yang agung dapat tegak kecuali Allah telah menanamkan cahaya ikhlas yang dapat menghidupkan amalnya. Amal adalah geraknya badan lahir atau hati. Amal itu digambarkan sebagai tubuh jasad. Sedangkan ikhlas itu sebagai ruhnya. Badan tanpa ruh berarti mati. Allah Ta'ala berfirman, "Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus. Al-Bayyinah 5. Di ayat lain, "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan ikhlas kepada-Nya. Az-Zumar 2.Ikhlas itu bertingkat sesuai perbedaan orang yang beramal. Pertama, keikhlasan orang yang bersungguh-sungguh dalam ibadah adalah bersih dari pada riya' yang nampak maupun yang tersembunyi. Tujuan amal perbuatan mereka selalu hanya pahala yang dijanjikan oleh Allah kepada hamba-Nya, dan supaya diselamatkan dari keikhlasan orang-orang yang cinta kepada Allah. Ia beramal hanya karena mengagungkan Allah, karena hanya Allah Dzat yang wajib diagungkan, bukan karena pahala atau selamat dari siksa neraka. Perempuan sufi Robi'ah al-'Adawiyyah pernah bermunajat kepada Allah "Ya Allah, aku beribadah kepadamu bukan karena takut nerakamu, dan juga tidak karena cinta dengan surgamu." Ketiga, keikhlasan orang-orang yang sudah ma'rifat mengenal kepada Allah. Mereka selalu melihat kepada Allah, gerak dan diamnya badan dan hatinya itu semua atas kehendak Allah. Mereka tidak merasa kalau bisa beramal, kecuali diberi pertolongan oleh Allah, tidak sebab daya kekuatan dirinya sendiri. Wallahu A'lam bisshowab.rhs
Makadari itu, belajarlah jika memang tidak mengetahui cara kerjanya. 2. Cerita Motivasi Yang Berjudul Keledai Tua. Diangkat dari kisah dari seekor keledai tua yang ingin dikubur hidup-hidup oleh sang Pemilik. Bermula ketika keledai tersebut jatuh ke dalam sumur dan tidak bisa naik.
JodikLiwoso. Ujian datang menghampirinya setelah memutuskan untuk memeluk Islam, dari mulai Ditinggalkan oleh teman-teman terdekatnya, dibenci keluarga, hingga mendapatkan ancaman. Tapi beliau hanya mengamalkan surat Al-Ikhlas 100 kali sebelum shalat wajib 5 waktu itu. “dari ujian itu saya amalkan baca Al-ikhlas 100 kali.
M8xHLOG. 327rtea4od.pages.dev/191327rtea4od.pages.dev/208327rtea4od.pages.dev/286327rtea4od.pages.dev/304327rtea4od.pages.dev/474327rtea4od.pages.dev/198327rtea4od.pages.dev/27327rtea4od.pages.dev/200
kisah inspiratif tentang ikhlas